Kamis, 19 November 2015

POKOK PIKIRAN ALIRAN FILSAFAT DAN TOKOHNYA

POKOK PIKIRAN ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT DAN TOKOHNYA
No.
Nama Aliran
Pokok Pikiran
Tokoh
1.
Idealisme
Idealisme dapat diartikan dalam bahasa kehidupan sehari-hari yaitu, seorang yang menerima ukuran moral yang tinggi, estetika, dan Agama serta menghayatinya. Secara ringkas  idealism mengatakan bahwa realitas terdiri dari ide-ide, pikiran-pikiran, akal, atau jiwa dan bukan benda material dan kekuatan. Idealism mengatakan bahwa akal itulah yang riil dan materi hanyalah merupakan produk sampingan. Idealism mengandung pengingkaran bahwa dunia ini pada dasarnya sebagai sebuah mesin besar yang harus ditafsirkan sebagai materi, mekanisme atau kekuatan saja. Idealism terdiri dari tiga jenis yaitu idealism subjektif, objektif, dan personalisme. Seorang idealism barat Hegel memiliki dalil yang terkenal yang berbunyi “semuanya yang riil bersifat rasional dan semua yang rasional bersifat riil”. Maksudnya ialah bahwa luasnya rasio sama sama dengan luasnya realitas. 
Prof. Dr. Juhaya S. Praja, Aliran-aliran Filsafat dan Etika, Jakarta, Kencana, 125-129.
George Wilhelm Friedrich Hegel.
2.
Realisme


3.
Rasionalisme
Aliran ini sangat mementingkan rasio, dalam rasio terdapat ide-ide dan dengan itu orang dapat membangun suatu ilmu pengetahuan tanpa menghiraukan realitas diluar rasio. Descrates seorang filsuf dari Prancis berpendapat bahwa dalam diri saya terutama dapat ditemukan tiga ide bawaan (innate ideas). Ketiga ide sudah ada pada diri saya sejak saya lahir yaitu, pemikiran, Allah, dan keluasan. Selain itu Descrates juga menyimpulkan bahwa ada dua substansi yaitu, jiwa yang hakikatnya adalah pemikiran dan materi yang hakikatnya adalah keluasan. Kritik terhadap filsafat Descrates adalah kecenderungannya yang sangat kuat terhadap subjektivitas, oleh karena terbuktibahwa setiap orang memiliki kecenderungan, karakteristikdan kapasitas berpikir yang berbeda-beda. Oleh sebab itu, jika pikiran melulu yang dijadikan tolak ukur kebenaran, maka kenisbianlah yang akan menjadi buahnya. 
Prof. Dr. Juhaya S. Praja, Aliran-aliran Filsafat dan Etika, Jakarta, Kencana, 91-99.
Rene Descratus (Renatus Cartesius).
4.
Empirisme
Aliran ini berasal dari bahasa Yunani, yaitu empiria,yang berarti pengalaman inderawi. Empirismedinisbatkan kepada paham yang memilih pengalaman sebagai sumber utama pengenalan, pengalaman lahiriah yang menyangkut dunia maupun pengalaman batiniah yang menyangkut pribadi manusia saja. Empirisme sangat bertentangan dengan rasionalisme. Sebagai penganut empirisme, pengalaman adalah awal dari segala pengetahuan, juga awal pengetahuan tentang asas-asas yang diperolehkan dan diteguhkan oleh pengalaman. Segala ilmu pengetahuan diturunkan dari pengalaman. Dengan demikian, hanya pengalamanlah yang member jaminan kepastian. Hobbes memandang bahwa pengenalan dengan akal hanyalah mempunyai fungsi mekanis semata-mata. Yang dimaksud dengan pengalaman ialah keseluruhan atau totalitas pengamatan yang disimpan didalam ingatan atau digabungkan dengan suatu pengharapan akan masa depan, sesuai apa yang telah diamati pada masa lalu.
Prof. Dr. Juhaya S. Praja, Aliran-aliran Filsafat dan Etika, Jakarta, Kencana, 105-109.
Thomas Hobbes.
5.
Fenomenologi
Kata fenomenologi berasal dari bahasa Yunani, phenomenon, yaitu sesuatu yang tampak yang terlihat karena bercakupan.  Dalam bahasa Indonesia biasa dipakai istilah gejala. Jadi, fenomenologi adalah suatu aliran yang membicarakan fenomena atau segala sesuatu yang menampakkan diri. Inti pemikiran menurut Husserl adalah bahwa menemukan pemikiran yang benar, seseorang harus kembali kepada “benda-benda”  itu sendiri.
Prof. Dr. Juhaya S. Praja, Aliran-aliran Filsafat dan Etika, Jakarta, Kencana,  179-180.
Edmund Husserl.
6.
Kritisisme
Kritisisme filsafat yang diintrodusir oleh immanuel kant. Filsafat ini memulai pelajarannya dengan menyelidiki batas-batas kemampuan rasio sebagai sumber pengetahuan manusia. Kritisisme sangat berbeda dengan corak filsafat modern sebelumnya yang mempercayai kemampuan rasio secara mutlak. Gagasan immanuel kant tentang teori pengetahuan, etika dan estetika muncul karena adanya pertanyaan-pertanyaan mendasar yang timbul pada pikiran immanuel kant. Kritisisme menganggap bahwa objek pengenalan itu berpusat pada subjek dan bukan pada objek, kritisisme menegaskan keterbatasan kemampuan rasio manusia untuk mengetahui realitas atau hakikat sesuatu ; rasio hanyalah mampu menjangkau gejalanya atau fenomenanya saja, kritisisme menjelaskan bahwa pengenalan manusia atas sesuatu itu diperoleh atas perpaduan antara unsur anaximenes priori yang berasal dari rasio serta berupa ruang dan waktu dan peranan unsur apesteriori yang berasal dari pengalaman yang berupa materi.
Sumber Ilmu :
Prof. Dr. Juhaya S. Praja, Aliran-aliran Filsafat dan Etika, Jakarta, Kencana, 2008, 113-116.
Dr. K. Bertens, Ringkasan Sejarah Filsafat,59-60.
Immanuel Kant


Henri Bergson.
8.
Pragmatisme
Pragmatism aliran yang yang mengajarkan bahwa yang benar apa yang membuktikan dirinya sebagai benar dengan perantaraan akibat-akibatnya yang bermanfaat secara praktis dengan demikian, patokan pragmatisme adalah “manfaat bagi hidup praktis”. Ada 3 patokan yang disetujui aliran fragmatisme yaitu, menolak segala intelektualisme, absolutism, serta meremehkan logika formal.
Prof. Dr. Juhaya S. Praja, Aliran-aliran Filsafat dan Etika, Jakarta, Kencana, 171.
William James, Jhon Dewey, F.C. Schiller, Charles S. Pierce, dan George Herbert Mead.
 
NAMA           : M. FIKRI HAIKAL
NIM                : 15240017
FAKULTAS  : DAKWAH DAN KOMUNIKASI
JURUSAN     : MANAJEMEN DAKWAH
UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA

2015/2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar