POKOK PIKIRAN
ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT DAN TOKOHNYA
No.
|
Nama Aliran
|
Pokok Pikiran
|
Tokoh
|
1.
|
Idealisme
|
Idealisme dapat diartikan dalam
bahasa kehidupan sehari-hari yaitu, seorang yang menerima ukuran moral yang
tinggi, estetika, dan Agama serta menghayatinya. Secara ringkas idealism mengatakan bahwa realitas terdiri
dari ide-ide, pikiran-pikiran, akal, atau jiwa dan bukan benda material dan
kekuatan. Idealism mengatakan bahwa akal itulah yang riil dan materi hanyalah
merupakan produk sampingan. Idealism mengandung pengingkaran bahwa dunia ini
pada dasarnya sebagai sebuah mesin besar yang harus ditafsirkan sebagai
materi, mekanisme atau kekuatan saja. Idealism terdiri dari tiga jenis yaitu
idealism subjektif, objektif, dan personalisme. Seorang idealism barat Hegel
memiliki dalil yang terkenal yang berbunyi “semuanya yang riil bersifat
rasional dan semua yang rasional bersifat riil”. Maksudnya ialah bahwa
luasnya rasio sama sama dengan luasnya realitas.
Prof. Dr. Juhaya S. Praja, Aliran-aliran Filsafat dan Etika, Jakarta,
Kencana, 125-129.
|
George Wilhelm Friedrich Hegel.
|
2.
|
Realisme
|
|
|
3.
|
Rasionalisme
|
Aliran ini sangat mementingkan
rasio, dalam rasio terdapat ide-ide dan dengan itu orang dapat membangun
suatu ilmu pengetahuan tanpa menghiraukan realitas diluar rasio. Descrates
seorang filsuf dari Prancis berpendapat bahwa dalam diri saya terutama dapat
ditemukan tiga ide bawaan (innate ideas).
Ketiga ide sudah ada pada diri saya sejak saya lahir yaitu, pemikiran, Allah,
dan keluasan. Selain itu Descrates juga menyimpulkan bahwa ada dua substansi
yaitu, jiwa yang hakikatnya adalah pemikiran dan materi yang hakikatnya
adalah keluasan. Kritik terhadap filsafat Descrates adalah kecenderungannya
yang sangat kuat terhadap subjektivitas, oleh karena terbuktibahwa setiap
orang memiliki kecenderungan, karakteristikdan kapasitas berpikir yang
berbeda-beda. Oleh sebab itu, jika pikiran melulu yang dijadikan tolak ukur
kebenaran, maka kenisbianlah yang akan menjadi buahnya.
Prof. Dr. Juhaya S. Praja, Aliran-aliran Filsafat dan Etika, Jakarta,
Kencana, 91-99.
|
Rene Descratus (Renatus
Cartesius).
|
4.
|
Empirisme
|
Aliran ini berasal dari bahasa
Yunani, yaitu empiria,yang berarti
pengalaman inderawi. Empirismedinisbatkan kepada paham yang memilih
pengalaman sebagai sumber utama pengenalan, pengalaman lahiriah yang
menyangkut dunia maupun pengalaman batiniah yang menyangkut pribadi manusia
saja. Empirisme sangat bertentangan dengan rasionalisme. Sebagai penganut
empirisme, pengalaman adalah awal dari segala pengetahuan, juga awal
pengetahuan tentang asas-asas yang diperolehkan dan diteguhkan oleh
pengalaman. Segala ilmu pengetahuan diturunkan dari pengalaman. Dengan
demikian, hanya pengalamanlah yang member jaminan kepastian. Hobbes memandang
bahwa pengenalan dengan akal hanyalah mempunyai fungsi mekanis semata-mata.
Yang dimaksud dengan pengalaman ialah keseluruhan atau totalitas pengamatan
yang disimpan didalam ingatan atau digabungkan dengan suatu pengharapan akan
masa depan, sesuai apa yang telah diamati pada masa lalu.
Prof. Dr. Juhaya S. Praja, Aliran-aliran Filsafat dan Etika, Jakarta,
Kencana, 105-109.
|
Thomas Hobbes.
|
5.
|
Fenomenologi
|
Kata fenomenologi berasal dari
bahasa Yunani, phenomenon, yaitu
sesuatu yang tampak yang terlihat karena bercakupan. Dalam bahasa Indonesia biasa dipakai
istilah gejala. Jadi, fenomenologi adalah suatu aliran yang membicarakan
fenomena atau segala sesuatu yang menampakkan diri. Inti pemikiran menurut
Husserl adalah bahwa menemukan pemikiran yang benar, seseorang harus kembali
kepada “benda-benda” itu sendiri.
Prof. Dr. Juhaya S. Praja, Aliran-aliran Filsafat dan Etika, Jakarta,
Kencana, 179-180.
|
Edmund Husserl.
|
6.
|
Kritisisme
|
Kritisisme filsafat yang
diintrodusir oleh immanuel kant. Filsafat ini memulai pelajarannya dengan
menyelidiki batas-batas kemampuan rasio sebagai sumber pengetahuan manusia. Kritisisme
sangat berbeda dengan corak filsafat modern sebelumnya yang mempercayai
kemampuan rasio secara mutlak. Gagasan immanuel kant tentang teori
pengetahuan, etika dan estetika muncul karena adanya pertanyaan-pertanyaan
mendasar yang timbul pada pikiran immanuel kant. Kritisisme menganggap bahwa
objek pengenalan itu berpusat pada subjek dan bukan pada objek, kritisisme
menegaskan keterbatasan kemampuan rasio manusia untuk mengetahui realitas
atau hakikat sesuatu ; rasio hanyalah mampu menjangkau gejalanya atau
fenomenanya saja, kritisisme menjelaskan bahwa pengenalan manusia atas
sesuatu itu diperoleh atas perpaduan antara unsur anaximenes priori yang
berasal dari rasio serta berupa ruang dan waktu dan peranan unsur apesteriori
yang berasal dari pengalaman yang berupa materi.
Sumber Ilmu :
Prof. Dr. Juhaya S. Praja, Aliran-aliran Filsafat dan Etika, Jakarta,
Kencana, 2008, 113-116.
Dr. K. Bertens, Ringkasan Sejarah Filsafat,59-60.
|
Immanuel Kant
|
|
|
Henri Bergson.
|
|
8.
|
Pragmatisme
|
Pragmatism aliran yang yang
mengajarkan bahwa yang benar apa yang membuktikan dirinya sebagai benar
dengan perantaraan akibat-akibatnya yang bermanfaat secara praktis dengan
demikian, patokan pragmatisme adalah “manfaat bagi hidup praktis”. Ada 3
patokan yang disetujui aliran fragmatisme yaitu, menolak segala
intelektualisme, absolutism, serta meremehkan logika formal.
Prof. Dr. Juhaya S. Praja, Aliran-aliran Filsafat dan Etika, Jakarta,
Kencana, 171.
|
William James, Jhon Dewey, F.C. Schiller, Charles
S. Pierce, dan George Herbert Mead.
|
NAMA : M. FIKRI HAIKAL
NIM : 15240017
FAKULTAS : DAKWAH DAN KOMUNIKASI
JURUSAN : MANAJEMEN DAKWAH
UIN
SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
2015/2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar